Rabu, 13 Mei 2020

BIOGRAFI SEJARAWAN ATAU ILMUAN NASIONAL DI BIDANG KESEHATAN

Assalamu'alaikum sobat blogger...
Aku akan membagikan tokoh nasional dibidang kesehatan sesuai tugas aku. Well, inilah Biografi Sejarawan atau Ilmuan Nasional Di Bidang Kesehatan:

1. Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy


G.A. Siwabessy diabadikan sebagai nama Reaktor Serba Guna di Serpong, Provinsi Banten.  Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy lahir di Desa Ullath, Pulau Saparua, 19 Agustus 1914. Ia merupakan lulusan dari Sekolah Kedokteran NIAS di Surabaya pada tahun 1942. Pada tahun 1949 ia melanjutkan studi ke Inggris (London) dan mendalami bidang Radiologi dan Kedokteran Nuklir di London University. Ketika kembali ke Indonesia tahun 1962 diangkat sebagai Kepala Bagian Radiologi (Ilmu Sinar) pada rumah sakit pusat atau Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Kemudian Dr. Siwabessy merintis pembinaan di bidang radiologi antara lain: mendirikan Sekolah Asisten Rontgen di RSCM, melatih para dokter penyakit paru-paru, mengatur dan membina kegiatan-kegiatan klinis dalam bidang radiologi di rumah sakit pemerintah maupun swasta. Dr. Siwabessy kemudian diangkat sebagai Kepala Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan dan juga menjadi ketua dari Panitia Penyilidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom.

Pada tahun 1954 didirikanlah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Siwabessy menjadi direkturnya. Dua tahun kemudian ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Radiologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Siwabessy juga pernah mengepalai Tim Dokter Kepresidenan. Pada Kabinet Pembangunan ia menjadi Menteri Kesehatan selama dua periode.


Ia meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1981. Tokoh nasional dan “Bapak Atom” Indonesia ini dihargai jasa-jasa dan pengabdiannya oleh Pemerintah RI dan bangsa Indonesia sebagai seorang Mahaputera Indonesia yang besar dan dianugerahi bintang tertinggi yaitu Bintang Mahaputera Utama.

(diambil pada tanggal 13 Mei 2020, pukul 17.30 wib)


2. Prof. Dr. Sardjito


Prof. Dr. Sardjito lahir pada 13 Agustus 1889 di desa Purwodadi, Kawedanan, Mageran, wilayah Keresidenan Madiun. Pada tahun 1907 Sardjito melanjutkan jenjang pendidikannya ke pendidikan tinggi kedokteran di STOVIA (School toot Opleiding voor Indische Artsen) serta meraih gelar dokter dengan predikat sebagai lulusan terbaik di tahun 1915.

Rektor pertama Universitas Gadja Mada (UGM) ini patut disebut sebagai pahlawan kesehatan. Sebab, semasa hidupnya Sardjito merupakan perintis lahirnya Palang Merah Indonesia. Semasa perang dahulu, Sardjito berupaya sekuat tenaga agar ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi para prajurit atau tentara Indonesia selalu terpenuhi. Bahkan ia sempat mendirikan pos kesehatan tentara di Yogyakarta dan sekitarnya. Kini, namanya telah menjadi nama satu Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

(diambil pada tanggal 13 Mei 2020, pukul 17.30 wib)


3. dr. Moewardi


dr Moewardi lahir di Pati pada tahun 1907. Melalui SK Presiden RI No 190 tahun 1964, ia dianugerahi gelar pahlawan dan namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Solo, Jawa Tengah. Selain itu, namanya juga digunakan sebagai nama jalan di beberapa kota seperti Jakarta, Cianjur, Solo, dan Denpasar. Perjalanan pendidikan Dr.Moewardi dimulai pada 1926, beliau tercatat sebagai mahasiswa tingkat III School Tot Opleiding Voor Indische Arsten (STOVIA). dr Moewardi kemudian melanjutkan belajar di Nederlandsch Indische Arts School (NIAS) hingga lulus sebagai dokter pada tahun 1931.

Setelah 5 tahun berpraktik sebagai dokter, dr Moewardi kembali memperdalam ilmunya dengan mengambil spesialisasi Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) di Geneeskundig Hoogeschool (GH) Salemba dan menjadi asisten pada rumah sakit CBZ, yang kini berubah nama menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ia resmi menjadi dokter spesialis pada tahun 1939.
Yang patut dibanggakan, dr Moewardi tak hanya aktif sebagai dokter, namun ia juga dikenal pandai pencak silat dan aktif dalam bidang kepanduan. Dr Moewardi merupakan pemimpin di kepanduan Jong Java Padvinderij.

Pada era persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI, dr Moewardi turut mempersiapkan pelaksanaan acara pembacaan teks proklamasi yang dilakukan di rumah Bung Karno. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, dr Moewardi ditunjuk sebagai Ketua Umum Barisan Pelopor (kemudian berubah nama menjadi Barisan Banteng), menggantikan Bung Karno yang diangkat menjadi presiden. Pada awal tahun 1946, dr Moewardi memindahkan Barisan Banteng dari Jakarta ke Solo akibat semakin memanasnya situasi politik dan keamanan di Jakarta saat itu.

Dr Moewardi kemudian terjun ke dunia politik dengan membentuk Gerakan Rakyat Revolusioner (GRR) pada Agustus 1948 untuk melawan aksi-aksi anti pemerintah yang dilancarkan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR), yang merupakan onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI). dr Moewardi diculik pada 13 September 1948, saat menjalankan praktik sebagai dokter di RS Jebres, Solo. Hingga kini ia tak pernah terlihat kembali dan hilang secara misterius.

(diambil pada tanggal 13 Mei 2020, pukul 19.15 wib)


4. Abdulrahman Saleh


Abdulrahman Saleh, lebih dikenal dengan nama julukan 'Karbol' ini lahir di Jakarta, 1 Juli 1909. Bergelar Prof. dr. SpF, Marsekal Muda Anumerta, Abdulrahman Saleh adalah tokoh Radio Republik Indonesia, dan juga bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Ia juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No.071/TK/Tahun 1974 pada 9 November 1974.

Putra Mohammad Saleh ini dikenal giat dalam bidang pendidikan. Awalnya ia bersekolah di HIS (Hollandsch Inlandsche School) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau SMP rakyat berbahasa Belanda, kemudian berlanjut ke AMS (Algemene Middelbare School) - setara SMU, dan meneruskan ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Sebelum lulus dari sini, STOVIA malah dibubarkan. Akhirnya Abdulrahman Saleh pindah ke sekolah tinggi bidang kesehatan atau kedokteran yang disebut GHS (Geneeskundige Hoge School). Di sana, ia sempat tergabung dalam beberapa organisasi pemuda seperti Jong Java, Kepanduan Bangsa Indonesia, dan Indonesia Muda.

Lulus sekolah kedokteran, Abdulrahman Saleh masih haus akan pengetahuan. Kali ini ia menguasai ilmu faal yang akhirnya dikembangkan di tanah air dan membuatnya ditetapkan sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia oleh Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958.

Hobinya dengan radio juga membuatnya terpilih menjadi pemimpin organisasi radio bernama VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep). Dari sinilah ia kemudian terus mengembangkan diri dan ikut berperan mendirikan RRI pada 11 September 1945. Seakan tak pernah puas, Abdulrahman Saleh beralih ke bidang lainnya yakni militer dengan mendaftarkan diri di Angkatan Udara. Atas kegigihannya, ia pun diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun di 1946, sembari menjadi dosen di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.

Bersama Adisutjipto, Abdulrahman ditugaskan ke India saat agresi pertama Belanda. Dan ketika perjalanan pulang pada 29 Juli 1947, tim ini sempat mampir ke Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya lewat penerbangan Dakota VT-CLA. Sayangnya, pesawat itu lantas ditembak hingga jatuh dan terbakar oleh pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda, sesaat sebelum tiba di Maguwoharjo, Sleman. Peristiwa inilah yang akhirnya dikenal sebagai Hari Bakti TNI AU sejak 1962.

Abdulrahman Saleh kemudian dikebumikan di Kuncen Yogyakarta, yang kemudian dipindahkan ke Kompleks Monumen Perjuangan TNU AU di Bantul, Yogyakarta pada 14 Juli 2000. Namanya lantas diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU dan Badara di Malang, dan nama piala bergilir dalam Medical and General Biology Competition.

(diambil pada tanggal 13 Mei 2020, pukul 17.45 wib)


5. dr. Hj. Hasri Ainun 


Besari biasa dipanggil Hasri Ainun Habibie.  Ainum lahir di Semarang, Jawa Tengah, 11 Agustus 1937 dan  wafat di München, Jerman, 22 Mei 2010 pada usia 72 tahun adalah Istri dari Presiden Indonesia Ketiga, BJ. Habibie. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia ketiga dari tahun 1998 hingga tahun 1999.

Hasri Ainum juga seorang pahlawan kesehatan yang berjuang untuk mengembalikan penglihatan tunanetra semasa hidupnya. Atas dedikasinya, yang sangat tinggi bagi dunia kesehatan (khususnya dalam penanganan penyakit mata di Indonesia), maka Pemerintah Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 berinisiasi membangun dan meresmikan Rumah Sakit Provinsi dr. Hasri Ainun Habibie di Limboto, Kabupaten Gorontalo.

Saat ini, Rumah Sakit Ainun Habibie sedang dikembangkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan (Universitas Negeri Gorontalo yang belakangan namanya diusulkan diubah menjadi Unversitas B.J Habibie) dan Rumah Sakit Rujukan bagi daerah-daerah di wilayah teluk tomini yang meliputi Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.

Hasri Ainun Besari adalah anak keempat dari delapan bersaudara R. Mohamad Besari dan istrinya, Sadarmi. Arti nama Hasri Ainun adalah mata yang indah. Ia mendapatkan gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961 dan bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

(diambil pada tanggal 13 Mei 2020, pukul 17.20 wib)



Terimakasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL SPESIALISASI /DAN OLAHRAGA

Assalamu'alaikum.. Halo haii! nihao! annyeong!! Kali ini aku akan bagikan biografi fotografer nasional spesialisasi di bidang jurnalis...